Selamat Datang
di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta

Info Kegiatan
OUTING CLASS MPLS SMP MUHAMMADIYAH 4 YOGYAKARTA
Day 3 MPLS 2025/2026 dilaksanakan dengan outing class ke Museum Sono Budoyo dan Masjid Gede…
Ukir Prestasi
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) merupakan bagian dari ekosistem ajang talenta BPTI (Balai Pengembangan Talenta…
DEMO EKSTRAKURIKULER di MPLS
DAY TWO MPLS 2025/2026 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta berlangsung meriah dan berkesan. Di hari kedua…
Kegiatan MPLS Tahun Pelajaran 2025/2026
Senin, 14 July 2025 Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMP MUHAMMADIYAH 4 YOGYAKARTA hari pertama…
Ahlan wa Sahlan
Sudah menjadi kegiatan rutin pada awal tahun pelajaran baru. Siswa baru kelas VII secara resmi…
Tes Kemampuan Akademik
Tes Kemampuan Akademik atau disingkat TKA adalah asesmen pengganti Ujian Nasional (UN) yang dirancang oleh Kementerian…
Layanan
Brain Rot
Secara harfiah, “brain rot” berarti “pembusukan otak,” namun ini bukanlah istilah medis. Ia adalah istilah informal yang populer, untuk menggambarkan penurunan fungsi kognitif yang dirasakan akibat konsumsi konten digital yang dangkal, repetitif, dan tidak memberikan stimulasi intelektual. Konten pemicunya meliputi: Video pendek yang viral, meme dan humor yang spesifik, Doomscrolling atau menggulirkan medsos tanpa henti, dan kecanduang terhadap konten tanpa nilai edukasi
Dari perspektif futurologi, fenomena brain rot melampaui sekadar masalah individu. Ia adalah cerminan dari tiga tren makro yang sedang membentuk masa depan peradaban kita:
1. Pergeseran Kognisi: Dari “Berpikir Mendalam” ke “Berpikir Cepat”. Selama ribuan tahun, evolusi otak manusia didorong oleh kebutuhan untuk memproses informasi secara mendalam—membaca buku panjang, memecahkan masalah kompleks, atau mempertahankan fokus dalam jangka waktu lama. Era digital, sebaliknya, melatih otak kita untuk beradaptasi dengan kecepatan yang ekstrem
2. Fragmentasi Budaya dan Komunikasi Generasi. Brain rot menciptakan sebuah “pembatas linguistik” antara generasi. Bahasa slang yang absurd dan hanya dimengerti oleh mereka yang “terinfeksi” oleh budaya digital tertentu menciptakan sebuah komunitas tertutup.
3. Ekonomi Perhatian: Nilai Konten Menjadi Irrelevan. Fenomena ini adalah konsekuensi logis dari “ekonomi perhatian.” Platform media sosial didesain untuk memaksimalkan waktu Anda di layar, dan cara paling efektif untuk melakukannya adalah dengan menyajikan konten yang memicu respons dopamin instan—bukan yang menantang atau mendidik.


Are you looking for a school that fosters academic exellence, creativity, and caracter develompent? Feel free to contac us! Our school
SMP Muhammadiyah 4 Yogyakartais dedicated to
providing a supporttive and inclusive
environment that empowers
students to reach their
full potential
Wade Warren