Selamat Datang

Info Kegiatan

Ukir Prestasi

Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) merupakan bagian dari ekosistem ajang talenta BPTI (Balai Pengembangan Talenta…

Selanjutnya …

Ahlan wa Sahlan

Sudah menjadi kegiatan rutin pada awal tahun pelajaran baru. Siswa baru kelas VII secara resmi…

Selanjutnya …

Tes Kemampuan Akademik

Tes Kemampuan Akademik atau disingkat TKA adalah asesmen pengganti Ujian Nasional (UN) yang dirancang oleh Kementerian…

Selanjutnya …

Reguler

ICT

Tahfidz

Bahasa

Informasi

Melayani informasi on line melalui nomor :
085727434000
087846725859

Transfer

Melayani pembayaran melalui transfer ke BSI (451) 5997799773
a.n SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta.
Bukti transfer dikirim ke Umi Absha (088215727075)

Bebas Bullying

Layanan kenyamanan dalam belajar di sekolah, dan optimalisasi prestasi
08562966339
089669182757

Brain Rot

Secara harfiah, “brain rot” berarti “pembusukan otak,” namun ini bukanlah istilah medis. Ia adalah istilah informal yang populer, untuk menggambarkan penurunan fungsi kognitif yang dirasakan akibat konsumsi konten digital yang dangkal, repetitif, dan tidak memberikan stimulasi intelektual. Konten pemicunya meliputi: Video pendek yang viral, meme dan humor yang spesifik, Doomscrolling atau menggulirkan medsos tanpa henti, dan kecanduang terhadap konten tanpa nilai edukasi

Dari perspektif futurologi, fenomena brain rot melampaui sekadar masalah individu. Ia adalah cerminan dari tiga tren makro yang sedang membentuk masa depan peradaban kita:

1. Pergeseran Kognisi: Dari “Berpikir Mendalam” ke “Berpikir Cepat”. Selama ribuan tahun, evolusi otak manusia didorong oleh kebutuhan untuk memproses informasi secara mendalam—membaca buku panjang, memecahkan masalah kompleks, atau mempertahankan fokus dalam jangka waktu lama. Era digital, sebaliknya, melatih otak kita untuk beradaptasi dengan kecepatan yang ekstrem

2. Fragmentasi Budaya dan Komunikasi Generasi. Brain rot menciptakan sebuah “pembatas linguistik” antara generasi. Bahasa slang yang absurd dan hanya dimengerti oleh mereka yang “terinfeksi” oleh budaya digital tertentu menciptakan sebuah komunitas tertutup.

3. Ekonomi Perhatian: Nilai Konten Menjadi Irrelevan. Fenomena ini adalah konsekuensi logis dari “ekonomi perhatian.” Platform media sosial didesain untuk memaksimalkan waktu Anda di layar, dan cara paling efektif untuk melakukannya adalah dengan menyajikan konten yang memicu respons dopamin instan—bukan yang menantang atau mendidik.

Are you looking for a school that fosters academic exellence, creativity, and caracter develompent? Feel free to contac us! Our school
SMP Muhammadiyah 4 Yogyakartais dedicated to
providing a supporttive and inclusive
environment that empowers
students to reach their
full potential

Wade Warren

Hubungi kami
SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
(0274)554623

Scroll to Top