70 Tahun Sekolahku

Gedung Serba Guna

Tidak mudah merangkai peristiwa tujuh puluh tahun yang lalu hingga kini, yang turukur tanpa jeda. Kesulitan yang paling hakiki adalah, karena pelaku sejarah sudah banyak yang meninggal. Sedangkan budaya yang dianut masyarakat hingga kini adalah budaya lisan. Sehingga tidak meninggalkan jejak secara tertulis.  Banyak yang mengira bahwa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta baru berumur sekitar dua puluh tahunan, hanya karena memandang Gedung yang sekarang.

Tampak depan gedung SMP Muh 4 di Jl. Sultan Agung sekitar tahun 1994

Tulisan berikut sebenarnya hanya gambaran sekilas tentang perjalanan SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta, dengan bersumber dari lisan ke lisan meskipun kurang valid.

Awalnya adalah SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang terletak di Jalan Sultan Agung No. 14 (sekarang menjadi kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta). Dilihat dari lokasinya memang strategis, karena masuk dalam jalur H Kota Yogyakarta. Lagi pula, dekat dengan pusat pemerintahan kerajaan Mataram, yaitu Pakualaman.

Sekolahnya Pembantu

Kemunculan SMP Muhammadiyah 7 karena desakan dari masyarakat, yaitu menampung para pembantu rumah tangga yang ingin mengenyam pendidikan. Oleh Pimpinan Muhammadiyah Daerah diberi lahan di jalan sultan agung. Sarana yang ada juga sangat memprihatinkan. Sebagai gambaran, saat itu seorang guru harus membawa kapur (alat tulis waktu itu) sendiri, karena memang keterbatasan peralatan yang dimiliki. Namun demikian sekolah tetap berjalan meskipun penuh dengan prahara.

Saat sekolah tidak memiliki keuangan, merekalah yang sebenarnya membiayai sebagian besar kebutuhan pendidikan

Saat Muhammadiyah menerima usul dari masyarakat agar pembantu rumah tangga dibantu untuk melek pendidikan, Muhammadiyah memtuskan untuk membuka kelas siang atau sore. Gedung yang saat itu memenuhi syarat untuk menempung mereka adalah di SMP Muhammadiyah 2. Jadilah, beberapa pembantu rumah tangga, yang awalnya tidak ada 10 orang yang mau meluangkan waktu belajar.  

Hambatan sudah pasti ada. Sekolah yang hanya satu kelas, itupun tak lebih dari 10 orang, namun semangat Bapak dan Ibu guru untuk mencerdaskan anak bangsa tak pernah luntur. Bahkan animo untuk masuk ke SMP Muhammadiyah 7 semakin besar. Hal ini terbukti setiap tahun jumlah siswa semakin meningkat. Hingga akhirnya menerima dua kelas. Peserta didik juga sudah mulai berkembang. Bukan hanya pembantu rumah tangga. Tetapi anak lulusan SD sudah berminat masuk ke SMP Muhammadiyah 7.  

Sekolah Nomaden

Dari sekian banyak SMP Muhammadiyah yang ada di Kota Yogyakarta, hanya SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta yang dikenal dengan sekolah nomaden, berpindah tempat. Sejak berdiri, telah berpindah sebanyak enam kali. Bermula dari Jl. Sultan agung, pindah ke jl. Bayangkara (sekarang SD Muhammadiyah Ngupasan atau sebalah barat RS PKU Muhammadiyah). Waktu jam belajar masih tetap siang atau sore hari. Hanya beberapa tahun pindah lagi ke jl. Sultan Agung. Mengapa kembali lagi? Karena SMP Muhammadiyah 2 (Putri) telah pindah di jalan Kapas Yogyakarta.

Di jalan Sultan Agung, jam belajarnya sudah berubah menjadi pagi hari. Dari sinilah, sekolah sudah menerapkan manajemen yang lumayan baik. Sarananya juga sudah layak pakai, meskipun bekas dari SMP Muhammadiyah 2. Disini pula sekolah berbarengan dengan kantor PDM yang hanya berbagi sekat. Jumlah kelas telah berkembang, dari tig akelas menjadi empat kelas.

Tahun 1993, terjadi booming. Lulusan SD melimpah, sehingga hampir semua sekolah SMP menambah kelas, termasuk SMP Muhammadiyah 4 yang menjadi empat kelas parallel. Mutu lulusan SD pun waktu itu lumayan bagus. Boleh dikatakan Mupat panen prestasi. Baik dari segi akademik maupun non akademik. Berpijak dari, sekolah terus memperbaiki saran dan kelengkapan alat pemelajaran, yang pada akhirnya juga meningkatkan mutu pendidikan.

Roda pergerakan organisasi persyarikatan tahun demi tahun meningkat, baik kwalitas maupun kwantitasnya. Melalui Musyawarah Daerah (Musyda) 1995 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan atas desakan dari peserta musyda, mengamanatkan agar PDM memiliki Gedung yang presentatif. Karena lahan yang ada di jalan sultan agung dianggap memenuhi syarat, maka dibangunlah Gedung PDM. Dari sini, keadaan kelas terdesak.

KGPAA Paku Alam VIII meresmikan Gedung SMP Muh 4 di Jl. Ki Mangunsarkoro 43 Yogyakarta

Dicarilah Gedung yang layak untuk proses belajar mengajar. Ketemulah sebuah Gedung di belakang Pura Pakualaman, namanya Akademi Akutansi dan Bank (AKUB), yang waktu itu dalam keadaan tidak terpakai. Disewalah Gedung tersebut yang berdurasi hanya satu semester. Kami pun harus pindah lagi ke jalan sultan agung, yang saat itu sudah jadi.

Dalam kebingungan mencari lahan untuk tempat belajar anak Mupat, tiba-tiba ada seorang kerabat Kraton Pakualaman, namanya Bapak Adi Sugondo yang berniat mewakafkan tanah beserta Gedung untuk Muhammadiyah. Lokasinya di Jl Kimangunsarkoro 43 Yogyakarta, yang sekarang ditempati.

Ibu Adi Sugondo meresmikan masjid Banaran

Waktupun bergulir detik demi detik, hingga tahun ke tahun. Ternyata, SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta merasa kurang lahan untuk proses belajar mengajar. Bila dahulu kekurangan ruang hanya untuk menampung siswa, sekarang merasa kekuarangan karena digunakan untuk aktivitas. Saat ini membutuhkan ruang untuk pengembangan potensi anak, agar anak dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top