oleh : Arif Jamali Muis
Saat artikel ini dituliskan, Muhammadiyah tengah menyelenggarakan Resepsi Milad ke-113 di Universitas Muhammadiyah Bandung dengan tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”. Dalam suasana yang penuh syukur, keluarga besar persyarikatan dan para simpatisan berkumpul memenuhi ruang-ruang kegiatan, termasuk prosesi puncak Milad pada 18 November 2025.
Di usia yang telah melampaui satu abad lebih ini, Muhammadiyah menapaki perjalanan sejarah yang panjang dan penuh pengabdian. Dari gerak awalnya di Yogyakarta hingga meluas ke seluruh penjuru negeri, persyarikatan ini tumbuh menjadi organisasi modern Islam yang terus konsisten untuk memperjuangkan kesejahteraan bangsa.
Pendidikan Sebagai Permulaan
Sejak awal, Muhammadiyah meneguhkan perannya sebagai penggerak sosial untuk kesejahteraan bangsa. Langkah itu dimulai lewat pendidikan. Pada awal abad ke-20, ketika penetrasi pendidikan Barat hadir sebagai alat kolonial, K.H. Ahmad Dahlan justru merintis model pendidikan Islam modern yang kreatif, memadukan ilmu dan agama. Pendidikan bagi Dahlan bukan sekadar mengajar; ia adalah strategi emansipatoris untuk membebaskan kaum pribumi dari ketertinggalan. Dari Jawa, model ini menyebar ke berbagai daerah, menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga arena perjuangan sosial menuju kemerdekaan dan kesejahteraan.
Memasuki pasca-1966, pendidikan nasional bergerak makin sentralistik dan birokratis. Muhammadiyah pun memperkuat identitas pendidikan alternatif yang berakar pada nilai-nilai Islam berkemajuan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah tampil sebagai pilihan yang memadukan kualitas akademik, karakter keagamaan, dan akses luas bagi masyarakat, sekaligus mengimbangi dominasi sekolah negeri di era Orde Baru. Jaringan aktivis Persyarikatan, termasuk mereka di ranah birokrasi, memberi kontribusi penting dalam memperkokoh fondasi kelembagaan pendidikan Muhammadiyah. Garis panjang perjalanan ini memperlihatkan satu hal: Muhammadiyah selalu hadir sebagai nadi peradaban, merajut modernitas, keislaman, dan kebangsaan dalam satu tarikan napas sejarah.
Memajukan Kesejahteraan Bangsa
Di antara banyak faktor yang membuat Muhammadiyah konsisten memajukan kesejahteraan bangsa, tradisi ijtihad tampak sebagai yang paling krusial. Ijtihad memberikan daya dinamis bagi Muhammadiyah untuk melangkah, melahirkan terobosan, menjawab kebutuhan zaman, dan memastikan pendidikan tetap selaras dengan perkembangan sosial.
Namun, Muhammadiyah tidak boleh berpuas diri. Organisasi ini harus terus berinovasi dan bertransformasi agar relevan dengan tantangan masa kini. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat beberapa agenda strategis yang dapat ditempuh Muhammadiyah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan, sekaligus selaras dengan upaya memajukan kesejahteraan bangsa.
Pertama, orientasi pembelajaran perlu ditata ulang. Kurikulum Muhammadiyah harus menghubungkan peserta didik dengan tantangan nyata: pekerjaan masa depan, transformasi digital, persoalan lingkungan, hingga kemampuan hidup bersama dalam keberagaman. Pendidikan Muhammadiya tidak dapat hanya diposisikan sebagai ruang transmisi pengetahuan belaka, lebih dari itu, diharapkan dapat membentuk kemampuan untuk memecahkan masalah, bekerja secara kolaboratif dan kemampuan berpikir kritis.
Kedua, pendidikan Muhammadiyah perlu mengambil peran sentral untuk memperkuat keadaban digital. Hal ini kian mendesak kala kita saksikan ruang digital telah menjadi ruang kebudayaan baru yang serba kompleks. Tanpa pendidikan etika dan literasi yang memadai, ruang maya dapat memunculkan kegaduhan sosial. Pendidikan Muhammadiyah niscaya perlu hadir untuk menuntun generasi muda melahirkan ruang digital yang mencerdaskan dan berkeadaban. Ruang dimana teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat, namun juga sebagai sarana untuk menciptakan nilai-nilai sosial.
Ketiga, lembaga pendidikan Muhammadiyah, utamanya perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiah harus menjadi pusat transformasi riset yang secara praktis berperan untuk melahirkan solusi nyata, menyelesaikan masalah kemiskinan, krisis pangan, masalah kesehatan masyarakat, krisis lingkungan dan masalah-masalah lain.
Ijtihad pendidikan Muhammadiyah dalam hal ini diarahkan untuk memastikan lembaga tetap menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna Muhammadiyah. Selaras dengan itu, menjadi instrumen utama yang bergerak aktif untuk memajukan kesejahteraan bangsa.
Meneguhkan Spirit Pencerahan
Akhirnya, seluruh ikhtiar pendidikan Muhammadiyah niscaya bermuara pada kerja-kerja pencerahan. Pencerahan menjadi jalan panjanh yang memadukan iman, ilmu dan amal dalam satu tarikan napas pergerakan Muhammadiyah. Spirit pencerahan itu jangan berhenti sebagai slogan, ia harus menjadi energi moral yang memandu Muhammadiyah memberi jawaban bagi kehidupan ummat dan bangsa.
Di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian, pendidikan Muhammadiyah perlu terus menegaskan dirinya sebagai kekuatan pencerahan dengan terus membangun manusia unggul, memperluas keadilan dan memperkuat keadaban. Melalui ijtihad berkelanjutan, pendidikan Muhammadiyah terus diharapkan menjadi pilar kokoh yang membawa bangsa Indonesia menuju kesejahteraan.
Sumber tulisan: https://ibtimes.id/pendidikan-muhammadiyah-dan-ijtihad-memajukan-kesejahteraan-bangsa/

